Setiap mukmin diperintahkan Allah SWT agar memelihara keluarganya (quw anfusakum) dari siksa api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6). Berdasarkan perintah itu, pendidikan dalam keluarga mesti dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.
Puasa Ramadhan menjadi salah satu model pendidikan keluarga yang patut dioptimalkan orang tua dalam mendidik anak-anaknya, terutama di masa pandemi ini. Ibadah puasa memberikan edukasi positif bagi sikap keberagamaan anak di bawah bimbingan dan keteladanan orang tua dan dukungan masyarakat lingkungannya.
Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Awlad menjelaskan, Rasulullah SAW memerintahkan orang tua untuk mendidik anaknya mendirikan shalat sejak usia tujuh tahun. Dari perintah shalat ini, dapat disamakan dengan puasa. Kita latih anak-anak untuk melakukan puasa jika mereka kuat.
Dengan membiasakan anak berpuasa, maka terjadi pendidikan akidah, ibadah dan akhlak dalam keluarga. Pertama, pendidikan akidah. Saat berpuasa, mereka akan merasakan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya sehingga tidak berani makan dan minum, meski ia bisa bersembunyi dari penglihatan orang tua, saudara dan teman-temannya. Inilah pendidikan akidah yang fundamental; tidak sekedar meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga teraplikasi dalam perilakunya.
Kedua, pendidikan ibadah. Tidak saja melaksanakan ibadah puasa, sejumlah ibadah lain juga dibiasakan dengan melibatkan keluarga secara bersama, seperti shalat fardhu jamaah, tarawih, zikir, tadarus, berinfak, dan zakat fitrah. Pembiasaan ibadah ini efektif dilakukan untuk mendidik anak agar menjadi hamba yang saleh.
Ketiga, pendidikan akhlak. Aneka akhlak mulia ditanamkan dan dibiasakan saat berpuasa kepada anak, sepeti disiplin, jujur, sabar, berkata santun, empati, tolong menolong, dan menghargai orang lain. Selama puasa anak dituntun menjauhi perilaku buruk, sebab merusak puasa. Sabdanya: “Sesungguhnya menggunjing dan berdusta merusak puasa” (HR at-Tirmidzi).
Keberhasilan mendidik anak dalam keluarga sangat ditentukan oleh orang tuanya dengan mengedepankan keteladanan dan keikhlasan mendidik anak-anaknya dalam menjalankan ibadah puasa dan amaliah Ramadhan lainnya. Bukankah Nabi SAW juga berhasil mendidik umat karena keteladan akhlaknya? (Qs. Al-Ahzab [33]: 21 dan Qalam [68]: 6).
Selain itu, intensitas hubungan dan komunikasi antara orang tua dan anak juga terbangun dalam keluarga selama puasa. Kebersamaan saat berbuka dan makan sahur semakin memperkuat perhatian dan kasih sayang orang tua dengan menyediakan makanan yang halal lagi bergizi.
Demikian keberkahan Ramadhan dalam memperkuat pendidikan keluarga yang bertakwa, yaitu terpelihara dari dosa dan siksa api neraka.
Wallahu a’lam.