JejakInfo, Sumbawa | Berawal dari menemani orangtua nya dalam menjalankan tugas di Sekolah Dasar, Intan Sahmadesti menemukan kesenangan dalam membantu dan mendampingi anak-anak mengembangkan potensi mereka untuk meraih mimpi. Kedua orangtua Intan bertugas sebagai guru. Jabatan ibunya kepala sekolah di salah satu Sekolah Dasar dan Ayahnya Intan juga sebagai pengawas Sekolah Dasar sehingga Intan sering diajak ke Sekolah Dasar oleh Orang Tua sedari kecil.
Pernah saat berumur 10 tahun, Intan sering main peran jadi guru dengan mengumpulkan anak orang yang masih kecil (teman sebaya) untuk latihan membaca saat di rumah. Sang Ayah Intan menyiapkan papan tulis lengkap kapur di rumah dinas desa Pukat Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa.
Kita tinggal di rumah dinas dulunya,"kisahnya memulai perbincangan dengan media
"Guru adalah pencetak peradaban," itulah yang diyakini Intan, panggilan akrab Intan Sahmadesti, S.Pd., M.Pd.
Menurut Intan, semua orang dapat menjadi pengajar, namun tidak semua orang mampu menjadi guru, karena seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga harus menjadi figur yang didambakan murid serta menjadi teladan bagi masyarakat.
Ia kemudian bertekad memajukan pendidikan di daerahnya setelah menuntaskan studi Magister Pendidikan IPA di Universitas Mataram (Unram) pada tahun 2020. Intan pembina KIR di SMAN 2 Sumbawa Besar pada tahun 2021-2022.
Selain menjadi pembina KIR di SMAN 2 Sumbawa Besar, Intan menjadi guru tidak tetap di SD Negeri Labuhan Badas, Kecamatan Labuhan Badas dan Sekolah Dasar Negeri Brang Biji, Kecamatan Sumbawa. Saat pembukaan tes Aparatur Sipil Negara (ASN PPPK) ia mendapatkan rezeki tersebut dan dinyatakan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Intan ditempatkan di Sekolah Dasar Negeri Brang Biji yang juga merupakan kampung halamannya.
Di SDN Brang Biji, Intan dipercaya dan ditunjuk sebagai guru pembina IPA dan alhamdulillah pada tanggal 25 Februari 2024 muridnya meraih prestasi dengan menunjukkan kelasnya di medali emas untuk Olimpiade Sains Orion, olimpiade yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
Pada Lomba Orion Tingkat Kabupaten Sumbawa, dua peserta didiknya sukses meraih gemilang atas nama Khanza Maulida dan Earl Novian Putra Purnama. Sedangkan, pada tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Khanza Maulida sukses menunjukkan kelasnya di medali emas.
Ketika ditanya, yang mendorongnya semangat untuk mengawal anak-anak bangsa? Gadis cantik berparas ayu dengan status single ini secara tegas menyatakan panggilan jiwa untuk mengabdi.
"Juara itu bukan tujuan saya, apalagi tujuan sekolah. Mengapa? Karena karakteristik murid dan orang tua cenderung tidak memprioritaskan lomba-lomba IPA yang ada di luar penyelenggaraan pemerintah atau kemdikbud, dan saya lebih banyak mengeluarkan dana pribadi ketimbang menunggu uang BOS sebab bagi saya saat murid sukses maka bathin ku akan puas" ujarnya saat diwawancarai Media Online JejakInfo.com, Kamis 28 Maret 2024.
Masih Intan, ia merupakan figur pendidik idola dan panutan di Satuan Unit Kerja khusus di Kecamatan Sumbawa, pasalnya semua kegiatan dan event lebih fokus pada bagaimana peserta didik berhasil ketimbang mencari panggung buat diri sendiri.
"Tekad saya yaitu pengabdian terbaik untuk anak-anak Sumbawa yang gemilang dan berkeadaban," tandasnya
Ia termasuk guru penuh inspirasi dan sangat kreatif adanya, namun dirinya mengaku banyak tantangan yang ia hadapi dalam mencerdaskan anak asuhnya.
"tantangan saat membimbing olimpiade itu: sulit menemukan murid yang mau ikut bimbingan dan sudah menemukan murid tapi orang tua tidak mendukung/tidak mau berkorban. Selain itu, tantangan saya adalah murid mengaku bahwa mereka tidak suka IPA karena tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari atau pembelajarannya kurang kontekstual. Jadi, saya membuat buku fiksi sains berjudul "Si Udik [Pikiran Seringkali Lebih Panas dibandingkan Api]". Buku itu memuat konten IPA yang kontekstual, berorientasi pada kearifan lokal Sumbawa, dan terintegrasi nilai-nilai karakter, serta dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik sehingga murid menjadi senang belajar IPA. Dunia terus berkembang, tetapi nilai dan kearifan lokal suatu daerah tidak boleh luntur dan pergi bersama derai angin perubahan dan modernitas. Integrasi nilai dan kearifan lokal sangat dibutuhkan agar anak-anak sebagai penerus cita-cita bangsa dan daerah tidak melupakan akar dari mana mereka berasal," kisahnya pada media ini.
Intan pun menambahkan,
"Dulunya belum ada guru pembina IPA di sekolah saya. Jadi, ada pelatihan guru pembina IPA diselenggarakan oleh gugus 2 di bulan 3 saat sy masih honor. Dari situ, saya mulai mencari bibit tapi sulit. Perlu banyak dukungan selain muridnya berbakat," bebernya.
Insting edukasinya Intan sangat tinggi. Ia bahkan sangat idealis dalam membangun komitmen.
"tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD nomor 20 tahun 2003 pasal 3 dan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam implementasi kurikulum merdeka juga melatarbelakangi saya membimbing murid dan melakukan komunikasi manusiawi/komunikasi edukatif dengan semua pihak yang berperan dalam dunia pendidikan. Saya mampu peroleh bibit olimpiade walaupun jumlahnya sedikit, melalui komunikasi manusiawi/komunikasi edukatif yaitu membentuk WA grup kelas yang di dalamnya terdapat kontak pengawas sekolah, kepala sekolah, kontak saya sebagai guru kelas, serta kontak murid dan ortunya. Sepulang dari mendampingi murid tes Orion itu, saya bisa menemukan link utk memudahkan murid belajar OSN. Mengapa saya cari link itu? karena kalau bimbingan langsung dengan sewa pengajar luar butuh biaya banyak, sedang zoom meeting itu tertulis biaya seikhlasnya sehingga murid saya tidak terbebankan uang dan juga menjadi melek tekhnologi.,"pungkasnya. (@mr)
Editor. Nukman