MATARAM, JEJAKINFO - Kepala Dinas Kominfotik NTB Dr. Najamuddin Amy, S.Sos., M.M. memaparkan Sistem Informasi Kebencanaan (SIK) SiAga NTB sebagai wujud kesiapan menuju resiliensi dalam Seminar Transformasi, Inovasi, dan Konvergensi Digital untuk Resilensi Berkelanjutan, di Bogor 13 Juni 2024.
Seminar tersebut digelar dalam rangka menindaklanjuti sambutan Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo, pada
pembukaan Global Platform for Disaster Risk Reduction yang diselenggarakan di Bali pada Mei 2022 yang lalu. Di mana Indonesia menawarkan konsep “Sustainable Resilience” atau “Resiliensi Berkelanjutan” sebagai kerangka kerja yang mengintegrasikan aspek-aspek Perubahan Iklim, Penanggulangan Risiko Bencana dan Pembangunan Berkelanjutan.
Dalam seminar tersebut, Doktor Najam sapaan Kadis Kominfotik NTB, menjelaskan bagaimana Pemprov NTB belajar dan melakukan evaluasi dari bencana alam gempa bumi pada tahun 2018 yang lalu. Pemprov NTB sedari awal menetapkan kebijakan dalam RPJMD 2018 - 2023 yang mendukung resiliensi berkelanjutan. Kebijakan dalam bentuk Perda RPJMD tersebut melahirkan program-program unggulan dan Inovasi terkait kebencanaan diantaranya Destana (Desa Tangguh Bencana), Aplikasi Sistem Informasi Kebencanaan (SIK) SiAga NTB, NTB Care dan NTB Satu Data.
"Dalam rangka menumbuhkan sikap ketangguhan kita dalam menghadapi bencana yang terjadi, baik mitigasinya maupun penanggulangan pasca bencana, maka Pemprov NTB menetapkan program unggulan Destana, NTB Care, NTB Satu Data. Khusus terkait kebencanaan yakni SIK SiAGA serta adanya Portal Satu Data NTB pasca bencana gempa bumi 2018 yang lalu. Program ini konsisten dilaksanakan dalam 5 tahun ini dan telah berkontribusi menjadi praktik baik dalam layanan publik," jelas Doktor Najam.
Doktor Najam melanjutkan, resiliensi yang berkelanjutan yang dituju NTB, melalui SiAGA adalah dasar dari respons kolektif terhadap bencana alam. Tak hanya upaya bantuan darurat dan berfokus pada strategi jangka panjang. Dengan mengintegrasikan penelitian ilmiah, kemajuan teknologi, dan keterlibatan masyarakat, untuk dapat membangun masyarakat yang tangguh. Mulai dari infrastruktur pintar dan pemodelan iklim hingga pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, jalan ke depan terletak pada pemanfaatan inovasi.
"Program ini sangat dibutuhkan karena Provinsi NTB berada pada lintasan ring of fire dengan potensi kebencanaan yang lebih besar. Karena itu dibutuhkan kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk membentuk ketangguhan dalam menghadapi bencana," jelas Doktor Najam.
Nantinya, Doktor Najam melanjutkan, SiAGA NTB akan terintegrasi dengan NTB Satu data beserta berbagai aplikasi layanan publiknya. Hal tersebut demi mempermudah masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya untuk menanggulangi kebencanaan yang terjadi.
Adapun seminar yang dihadiri oleh Doktor Najam ini diharapkan dapat memberi masukan dan memperkaya laporan kajian yang tengah disusun dengan merangkum hasil diskusi, wawasan, serta rekomendasi utama. Selain itu juga memberi
masukan untuk penyelenggaraan rangkaian seminar berikutnya serta penyelenggaraan 2nd Global
Forum for Sustainable Resilience juga akan ditampung untuk memandu kegiatan tindak lanjut dan inisiatif yang bertujuan untuk mempromosikan resiliensi berkelanjutan dan investasi di bidang sains, teknologi dan inovasi untuk pengurangan risiko bencana. Seminar ini juga diharapkan dapat
berkontribusi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran di antara para pemangku kepentingan mengenai pentingnya mengembangkan sains, teknologi dan inovasi untuk Resiliensi Berkelanjutan.(*)